Senin, 11 Februari 2013

BIKERS II


(Love and Friendship)

Part. III
Seoul Airport

Chika dan jaejoong tengah mengantar siwon. Yesung dan donghae juga tak ketinggalan. Mereka berdua menyusul siwon ke bandara.

“aku pasti akan kembali kesini” siwon berpamitan. Jaejoong menggandeng tangan chika erat. Mereka tersenyum dan mengangguk. Siwon memberikan pelukan perpisahan pada jaejoong..

“aku sangat menyayangi kalian” ujarnya

“kami juga siwon..., kami akan menunggumu pulang” jaejoong seolah berat melepas siwon. Jaejoong menepuk-nepuk punggung siwon pelan, lalu melepaskan pelukannya. Siwon beralih menatap chika. gadis ini, dia adalah sahabat sejak kecilnya.

“kau baik-baik dengan jaejoong ya” siwon memeluk chika. chika membalasnya.

“jangan lupa kabari kami saat kau sudah disana” chika mengingatkan. Siwon melepas pelukannya, dia menatap dua sahabat baiknya. Tak lama, yesung dan donghae datang.

“siwon..!!!” yesung membuat siwon melihat ke arah suara itu. jaejoong dan chika menoleh. Yesung dan donghae.

“kami tak terlambatkan,?” donghae terengah-engah, sepertinya mereka tadi mengejar waktu demi mengantar siwon. Siwon tersenyum, lalu memeluk keduanya bergantian.

“gomawo...,” ucapnya dia terharu melihat yesung dan donghae mengantar kepergiannya.
***

One Restaurant, Seoul

“kau yakin tak ingin mengantar siwon?” jineul ingin memastikan. Hye in, yang ditanya hanya diam. Ada peperangan dalam hatinya.

“untuk apa,? Hanya membuatku tak bisa melepasnya” hye in berkata lirih. Jineul mendekati hye in. dia menarik kursinya kesamping hye in, lalu memeluknya. Menghibur hye in yang mulai meneteskan air mata.

“kau tahu..., yesung sangat mengkhawatirkanmu” entah karena apa jineul mengatakan hal itu.

“bahkan dia mempertaruhkan nyawa untukmu. Pertandingan kemarin..., tanpa yesung, bikers tak kan bisa memenangkannya. Dan itu..., untuk siwon, untukmu hye in” jineul masih mendekap hye in dalam pelukannya. Perlahan hye in melepaskan pelukan itu dan menatap jineul tak mengerti.

“bagi donghae dan jaejoong..., pertandingan itu biasa... tapi bagi yesung,,,, dia tak pernah melakukannya sebelum ini. Dan ini demi melihatmu tersenyum” perlahan hye in menangkap maksud jineul.

“dia selalu ingin melihatmu tersenyum. Bahkan hari ini pun dia tak ingin melihatmu menangis karena siwon” jineul menutup kalimatnya. Hye in menatap sahabatnya lekat. Dia bahkan tak pernah memikirkan hal ini sebelumnya.
***

Seoul Airport

Siwon memantapkan hati meninggalkan teman2nya. Sebenarnya dia ingin hye in ada disini mengantarnya. Dia hanya ingin memastikan kalau hye in tak apa-apa. Chika merapat pada jaejoong, ternyata mengantar kepergian siwon lebih sulit dari yang dia bayangkan. Yesung dan donghae, melepas siwon dengan harapan siwon akan segera kembali. Siwon menatap satu persatu sahabatnya, lalu tersenyum dan menarik kopernya. Meninggalkan sahabat baiknya.

“siwooooon.....!!!” siwon berhenti, dia mengenali suara itu.

“hye in..” siwon menoleh, dilihatnya hye in dan jineul tengah berlari ke arahnya. Jaejoong, yesung, donghae, dan chika menoleh ke asal suara itu. Hye in langsung menyusul siwon yang masih dipintu keberangkatan. Ji neul mendekati donghae, menatap donghae dan tersenyum, meyakinkan donghae semua baik-baik saja.

“siwon..., mianhe aku agak terlambat” hye in tampak lebih cerah. Dia sangat bersemangat. Siwon lega melihat wajah hye in yang cerah. Matanya berbinar, menandakan hye in sedang bahagia.

“kau harus sembuh ya..., dan cepatlah kembali” hye in menatap siwon.

“sure...!!!” siwon memastikan.

“kau tak perlu mengkhawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja” hye in meyakinkan. Dia tahu selama ini siwon pasti mengkhawatirkan kebodohannya. Siwon mengangguk.

“give me a hug” hye in membuka kedua tangannya lebar. Dan siwon tersenyum menyambutnya.

“aku akan sangat merindukanmu siwon”

“me too....”
------------

Someplace restaurant, Seoul

Restaurant terbuka dipinggir pantai ini merupakan salah satu tempat favorit untuk hangout. Tempatnya sangat indah apalagi kalau sunset seperti ini. Jineul tampak berdua saja dengan yesung. Sebenarnya tadi mereka datang bersama donghae, jaejoong, dan chika. Hye in sedang ada urusan, jadi dia berjanji akan segera menyusul setelah urusan selesai. Sedang jaejoong, chika, dan donghae memilih mencari angin dilantai dua restaurant ini.

Seperti biasa, jineul tak pernah bosan menikmati juz strawberry-nya. Sedang Yesung,  di depannya ada secangkir moccapuccino.
“jadi kapan kau akan mengungkapkan perasaanmu pada hye in,?” jineul asyik meminum juz-nya. Yesung menatap jineul serius. Jineul jadi tak enak hati.

“jangan menatapku seperti itu kepala besar” ‘ctuk’ jineul memukul kepala Yesung dengan sendok didepannya.

“aww..., kau ini. Bagaimana bisa donghae begitu menyukai gadis kasar sepertimu” yesung mengelus kepalanya. Jineul cemberut.

“jadi,?” jineul kembali memastikan.

“apa,?” Yesung mencoba mengelak.

“jangan berlagak bodoh” jineul mulai jengkel.

“well..., mana mungkin aku menyukai gadis aneh seperti hye in.” yesung mengelak.

“jangan bohong...!!!” jineul menatap tajam, Yesung tahu percuma. Jineul sudah tahu semua.

“ne. aku menyukai gadis idiot itu. Puas,?” yesung menegaskan pada jineul.

“hahaha..., berarti benarkan,? Tapi... apa tak apa-apa kau sebut dia idiot” jineul sedikit merasa yesung terlalu berlebihan.

“terus,? Kalau bukan idiot namanya apa...? 6tahun menyukai seseorang tapi untuk memperkenalkan dirinya saja tak bisa. Menunggu orang itu pulang setiap hari dari balik jendela. Apa itu tidak idiot namanya,?” Yesung tampak semangat. Jineul hanya menahan tawa. Kadang Yesung memang terlalu jujur mengatai orang.

“siapa yang kau bilang idiot,?”

‘mwo,?’ jineul menoleh, hye in.... sejak kapan dia berdiri dibelakangnya.

“ah.., aniyo” yesung mengelak.

“kau kira aku tuli,?” hye in tampak cemberut. Jineul menatap bulat Yesung, lalu beringsut perlahan meninggalkan yesung dan hye in yang mulai berantem.

Hye in duduk didepan Yesung.

“jadi,?” hye in masih menatap marah

“jadi apa,? Aku tak bicara apa-apa” yesung mengelak. Dia tak mw disalahkan.

“kau bilang aku idiotkan,?” hye in bersikukuh.

“kau mungkin yang merasa” Yesung masih ngeles.

“kau....!!! kau menyebalkan” hye in menunjuk Yesung. Yesung menatap hye in cuek. Tiba-tiba...

“hei... apa itu,?” Yesung menunjuk sesuatu dibelakang Hye in. Hye in menoleh dan.... ‘cup’ sebuah kecupan hangat mendarat dipipi Hye In. Hye in terkejut dan memegang pipinya, menatap Yesung yang tersenyum nakal berdiri disampingnya.

“saranghaeyo gadis idiot...!!!” ucapnya rese’ Hye in tersenyum jengkel sekaligus senang...,

“yesuuuung...!!!” Hye in ingin sekali menjitak kepala besar itu. Yesung berlari menghindar dan Hye in mengejarnya.

“jangan lari kau Big Head” hye in mencoba mengejar Yesung.

“coba saja, gadis idiot” yesung tertawa lepas. Masih membuat hye in mengejarnya hingga ke bibir pantai.

“aww...” tiba-tiba ombak kecil datang, hye in tak siap hingga jatuh, tapi yesung sigap menangkapnya dan mereka bergulung bersama ombak. Yesung sudah ada diatas tubuh Hye in memeluknya erat.

“yesung... saranghaeyo” hye in tahu dia begitu menyukai laki-laki ini. Kedua mata mereka bertemu. Tiba-tiba Hye in merasakan ada sesuatu yang hangat menyentuh bibirnya.
Sementara itu, jaejoong, chika, donghae, dan jineul melihat tingkah aneh kedua orang itu dari lantai atas restaurant. Menyaksikan sunset bersama semilir angin. Chika berdiri dipinggir pembatas setinggi perutnya. Menatap ke arah yesung dan hye in yang bergulung-gulung bersama ombak.

“dasar pasangan yang aneh” ucapnya sinis. Jaejoong didekatnya. Sementara donghae dan jineul agak jauh disamping mereka. Jaejoong tersenyum melihat ke pantai lalu meraih tangan chika lembut. Chika menatap jaejoong, sedikit kaget dengan sentuhannya. Jaejoong menatap chika.

“jangan pedulikan mereka.” Jaejoong sedikit mendekat ketubuh chika, membuat chika berbalik dan bersandar pada pagar, jaejoong makin mendekatinya. Tepat didepannya.

“kau tahu...., kau selalu membuatku tergila-gila kim chika...” jaejoong makin mendekatkan wajahnya ke chika. chika tersenyum, dan menutup matanya. Jaejoong mencium chika lembut.

jineul yang melihat itu seketika berseru..., “oooo... so....”

“ayo..., aku harus mengantarmu pulang” tiba-tiba donghae mengalihkan wajah jineul dan menggandengnya. Menuntunnya menjauh dari tempat itu.

“t...tapi oppa....” jineul hendak protes. Dia masih berusaha melihat ke arah chika dan jaejoong yang tenggelam bersama sunset.

“jangan bawel...” donghae tersenyum merengkuh bahu jineul dan mengacak-acak rambut jineul.
--------

END

Selasa, 19 Juni 2012

BIKERS II


(Love and Friendship)

Part. II

Kantin Naitan University

Chika sudah masuk kampus lagi. Tapi siwon masih dirawat dirumah sakit. Hye in setiap hari ke sana menemaninya. Orang tua Siwon di Amerika, dan siwon memang melarang memberitahu mereka. Padahal masalah serius seperti ini, siwon masih saja tak mw membuat orang tuanya cemas. Sejak kejadian akhir2 ini, suasana Naitan University masih sama. Tak ada yang tahu masalah balap liar itu. Dan tak ada yang tahu kalau Donghae dulu anggota Bikers. Semua kembali normal, tak ada yang berubah. Bahkan, sikap chika dan jaejoong juga tak berubah. Mereka masih suka membuat ulah, merampok orang-orang yang mudah ditindas.

“aku heran. Kenapa chika dan jae masih bersikap seperti itu,? Mereka tidak punya rasa terimakasih sama sekali” Ji Neul protes. Memang sampai sekarang chika masih jutex padanya juga Hye in.

“tapi dia baik” Hye in meminum jus jambunya. Ji Neul hanya memainkan straw-nya, mengaduk-aduk juz strawberry-nya yang tak perlu diaduk.

“tapi aku tak menyangka kau punya skills yang bagus dalam balap liar kemarin Yesung” donghae masih penasaran bagaimana Yesung melakukannya.

“hahahaha..., apa sich yang tidak bisa dilakukan seorang Yesung” sifat over confidencenya kambuh.

“ctuk” sumpit donghae mengenai kepalanya.

“seharusnya aku tak bilang begitu tadi” donghae menyesali ucapannya.

“sst... chika dan jaejoong bikin ulah lagi tuch” Ji Neul tampak melirik ke arah chika dan Jaejoong yang sedang mengerjai juniornya. Yesung, hye in, dan donghae menatap ke arah yang dimaksud ji neul. Tampak jaejoong tengah memegang krah baju salah satu anak, sedang chika asyik memakan makanan yang dipesan anak itu.

“bruk” jaejoong mendorong anak itu dan terjatuh. Sebelah kakinya naik ke atas kursi, menatap tajam ke arah juniornya. Sang junior beringsut menjauh dari jaejoong dan chika. Jaejoong duduk didepan chika.

“jagi..., liat anak itu. Sepertinya dia membawa banyak bekal. Anak mami” chika melihat ke arah seorang gadis yang tengah membuka bekalnya. Terlihat menggoda. Jaejoong melihat ke arah yang dimaksud chika.

“tunggu ya..., aku ingin bersenang-senang dengannya” chika meninggalkan jaejoong dan mendekati gadis itu. Gadis itu tampak terkejut melihat kedatangan chika.

“apa itu bekal dari ibumu,?” chika menatapnya tajam. Gadis itu tampak ketakutan. Siapa yang tidak tahu kim chika dan jaejoong.

“n.. ne” gadis itu gugup. Kim chika mengambil salah satu bekalnya. Ramen.

“woooiiii..., ada yang mw ramen???” chika berteriak, dia senang sekali membuat malu orang. Gadis itu hanya diam, semua mata melihat ke arahnya.

“sepertinya ramen buatan ibumu tidak enak. Ku buang saja ya” chika menumpahkan ramen itu perlahan disamping gadis itu. Dan lama-lama mengenai baju gadis itu. Gadis itu hanya diam.

“ops..., mian” chika sengaja. Gadis itu masih diam, dan perlahan menangis.

“kau keterlaluan...!!!” ujarnya. Chika sangat tidak suka dibantah. Dia menatap gadis itu.

“kau bilang apa,? Keterlaluan,?” crots..., chika menumpahkan sisa ramen ke wajah gadis itu.

“tak bisa dibiarkan” Donghae beranjak dari tempat duduknya. Dia mendekati chika, dan memegang tangan chika yang telah memegang saus untuk ditumpahkan bersama ramen pada baju gadis itu.

“kau...!!!” chika kaget melihat donghae. Jaejoong yang melihat itu mendekati mereka.

“kalau berani jangan sama perempuan” jaejoong tampak marah melihat donghae mencengkeram tangan chika kuat.

“ajari kekasihmu sopan satun” donghae menatap jaejoong.

“kau pikir kau sopan bersikap seperti itu padanya” jaejoong mulai naik pitam. Tangan chika telah dilepas donghae. Yesung, hye in, dan ji neul menghampiri keributan itu. jaejoong sudah bersiap memukul donghae. Tapi dihentikan chika. Kalau bukan mengingat donghae telah menolong menyelamatkan bikers pada pertandingan malam itu, mungkin jaejoong sudah memukulnya.

“sudahlah jagi..., percuma meladeni orang sok pahlawan seperti mereka” chika mengajak jaejoong menyingkir. Donghae menatap tajam mereka.


“are u okay” yesung memastikan gadis yang disiram ramen. Gadis itu mengangguk perlahan. Hye in membantunya membersihkan ramen. Ji neul mendekati donghae, lalu mengapit lengan donghae dengan kedua tangannya. Menatap kepergian chika dan jaejoong.

“aku akan membantumu membersihkan pakaianmu” hye in menuntun gadis itu ke kamar mandi.


Yesung dan donghae menunggu dikantin. Sementara ji neul menyusul hye in dan gadis itu. tak lama mereka kembali, kondisi gadis itu sudah lebih baik. Gadis itu membereskan bekalnya. Tapi...

“anggurku kemana,?” gadis itu memperhatikan kotak anggurnya tinggal batang-batang kecilnya saja. Dia menatap satu per satu orang yang ada. Dan dilihatnya yesung tengah memakannya. Mengetahui hal itu, yesung pura-pura tidak tahu.

“yesung..., kau memakannya,?” gadis itu protes.

“ah..., aniyo.” Elak yesung. Gadis itu mendelik menatap Yesung yang sok tak mengerti apa-apa.
------------

Sudah seminggu ini hye in selalu datang ke rumah sakit untuk menemani siwon. Siwon masih belum diijinkan pulang. Dia masih harus menjalani terapi khusus. Hye in membuka pintu kamar tempat siwon dirawat. Dia jauh lebih baik sekarang, sudah tidak ada lagi selang-selang dan peralatan medis yang menempel pada tubuhnya. Siwon tampak sedang jenuh melihat tv.

“ah..., Hye in... untung kau datang. Aku sangat bosan” ucapnya senang melihat kehadiran Hye in. hye in tersenyum. Dia meletakkan sekeranjang buah di meja samping tempat tidur siwon, lalu mengganti bunga dalam vas dengan yang lebih segar.

“kau sudah makan,?” hye in duduk dipinggir tempat tidur siwon. Membantu siwon bersandar.

“ne. tadi chika dan jaejoong juga kesini” ucapnya. Dia tampak senang melihat kedatangan Hye in. sangat berbeda dengan siwon yang selama ini cuek padanya.

“mianhe sudah merepotkanmu. Sebenarnya kau tak perlu setiap hari menjengukku” siwon menatap hye in lekat. Mata gadis ini sangat indah. Selalu berbinar setiap kali dia tersenyum.

“aku senang menemanimu siwon” hye in berujar. Dia mengupaskan buah untuk siwon. Siwon melihat tangan-tangan Hye in yang terampil mengupas buah. Menatap wajah hye in perlahan, tangan siwon lembut menghentikan kesibukan tangan hye in. hye in kaget. Menatap siwon tak mengerti.

“aku ingin bicara serius padamu” siwon menatap hye in dalam. Hye in sedikit berdebar. Siwon mengambil buah dan pisau ditangan hye in. Meletakkannya dikeranjang buah. Hye in masih diam. Rasanya sangat berbeda saat siwon menyentuh tangannya. Ada kehangatan dan kelembutan luar biasa. Hye in menepis jauh-jauh lamunannya.

“kau tahu...” siwon menggenggam kedua tangan hye in. Hye in menatap siwon, bertanya-tanya apa yang akan siwon katakan.

“kau adalah aalasan yang membuatku bertahan hidup hye in...,” deg...!!! hye in terpana. Ada perasaan berkecamuk dalam hatinya. Hye in masih diam. Dia tak bisa berkata apa-apa.

“gomawo...,” siwon melepaskan genggamannya. Hye in masih larut. Dia menatap kedalam mata siwon. ‘apa maksudnya’ hye in masih penasaran. Siwon mengalihkan pandangannya menatap keluar jendela. Dia hendak bangkit dari tempat tidurnya. Hye in tersadar dari angannya. Membantu siwon turun dari tempat tidurnya. Siwon jauh lebih sehat sekarang. Siwon berjalan ke jendela, membuka jendelanya. Angin segar berhembus menerpa wajahnya. Menghirup dalam-dalam angin yang menamparnya. Hye in hanya diam memperhatikan siwon dibelakangnya.

“aku akan ke amerika” siwon masih menatap keluar. Hye in terkejut. ‘amerika,?’

“orang tuaku sudah tahu. Mereka ingin aku berobat disana. Dulu aku sudah putus asa, dan ku pikir percuma hingga akhirnya aku memilih kembali kesini” siwon menjelaskan semuanya. Hye in masih diam, menatap punggung siwon. Bahkan dari punggungnya, hye in bisa melihat kalau siwon sangat tampan.

“sekarang, aku tak mw mati. Ada banyak temanku disini. aku masih ingin balap liar bersama jaejoong dan chika. Aku masih ingin melakukan banyak hal. Aku harus sembuh...!!!” siwon memperhatikan lalu lalang diluar kamarnya.

Hye in terdiam, lalu tersenyum. Dia senang siwon kembali semangat.

“untuk itu.., aku ingin minta satu hal lagi darimu” siwon masih tak menatap hye in sedikitpun. Hye in masih terpaku, makin bertanya-tanya apa yang ingin siwon sampaikan.

“tolong jangan mengkhawatirkanku lagi...,” kata terakhir siwon cukup menampar hati hye in. ‘kenapa,?’ tapi hye in hanya diam. Bulir-bulir kecil menetes dipipinya. Bagi hye in itu sama saja menghancurkan penantiannya selama 6tahun ini.
---------

 Naitan University

Hari ini siwon sudah kembali ke kampus. Hye in tampak sangat senang melihat siwon ada dikampus ini lagi. Tapi tidak sebahagia itu, karena hari ini sekaligus hari terakhir siwon dikampus. Ya, hari ini siwon akan berangkat ke amerika.

“jadi...” ji neul menanti jawaban hye in

“hari ini” hye in tampak sedikit tak bersemangat.

“kau yakin akan diam saja,?” donghae memasukkan makanan disumpitnya ke mulut.

“apa yang bisa ku perbuat donghae,? Mengejarnya ke bandara dan mengatakan aku menyukainya sehingga dia membatalkan keberangkatannya,?” hye in sedikit terbawa perasaan. Dia tampak serius.

“hahaha..., kau terlalu banyak menonton drama hye in” yesung malah tertawa terbahak-bahak. Hye in menatap yesung tajam.

“yesung....!!! aku serius...!!!” hye in sepertinya tak main-main. Dia beranjak meninggalkan tempat duduknya. Membuat jineul, yesung, dan donghae terkejut.

“hye in... tunggu...!!! yesung hanya bercanda” jineul mengejar hye in yang tak mempedulikannya.

Donghae menatap yesung. Wajah yesung berubah, tampak sangat murung.
“dia pikir aku tak sedih,?” ucapnya lirih. Ada rasa sakit yang dalam. Donghae menepuk bahu yesung pelan. Memberi semangat.
---------

Senin, 15 Agustus 2011

BIKERS II


(Love and Friendship)

Part 1

Beberapa orang berbaju putih masuk tergesa-gesa ke ruangan itu. Mereka dengan cekatan memasang beberapa alat ke tubuh laki-laki malang yang tak berdaya itu. Ya, siwon... sementara perempuan yang telah mencintainya selama 6tahun ini hanya bisa berharap semua baik-baik saja, dialah Hye in. Dokter tampak serius memeriksa kondisi pasien, sementara seorang nurse tengah memastikan alat yang disamping pasien berfungsi dengan baik. Seorang co.ass tampak sigap membantu dokter melakukan pertolongan. Laki-laki itu sesak, tapi kemudian membaik secara berangsur-angsur. Hye in berdiri dipojok ruangan, memberi ruang leluasa tim medis melakukan tugasnya. Tak lama, seorang nurse mendekatinya.

“sebaiknya nona menunggu diluar” dia mempersilahkan dengan sangat sopan.

“apa dia baik-baik saja” hye in hanya ingin memastikan.

“kami akan berusaha nona” sang nurse tampak menenangkan. Hye in mengangguk dan keluar ruangan. Menunggu diluar, menatap penuh harap.
------------

Linecross Area

Puluhan motor melaju cepat, berlomba untuk menjadi yang terdepan.  Seorang pengendara melaju paling  permainan ini, menjatuhkan lawan secara ekstrem pun sangat dihalalkan. Yang penting hanya satu tujuan, menjadi juara. Sementara dibelakangnya tampak seorang laki-laki berkepala besar (darimana tahu kepalanya besar sedang dia pakai helm-adm) tengah diapit oleh dua motor. Tapi itu tak menjadikannya bergeming untuk mengurangi kecepatannya. Agak jauh di belakangnya lagi, seorang mantan pembalap no. 1 tengah khawatir melihat teman satu tim nya ditekan terus menerus. Dia sendiri tampak bebas, tanpa ada yang menekannya. Tentu saja, siapa yang mw menekan pembalap seperti dia, pembalap yang jauh ada dibelakang. Tapi ini bukan hanya masalah kecepatan, tapi juga masalah adu strategi. They’re a team.


Jaejoong, pengendara yang tengah menjadi sasaran untuk dijatuhkan itu tampak masih memimpin di depan. Dia tahu, dia harus tetap menjaga posisinya. Dialah kunci keberhasilan pertandingan ini. Sementara Yesung, kepala besar yang tengah diapit dua pengendara motor masih tetap mencoba untuk bersikap tenang. Dialah yang jadi umpan atau secara ekstremnya yang akan dikorbankan agar sang juara bisa melaju tanpa halangan. Donghae, mantan pembalap yang selalu jadi ancaman para pembalap yang lain itu tampak tenang melajukan motornya dibelakang, agak jauh dari imej sang juara. Suara berisik dari motor-motor itu sudah sangat biasa untuk didengar. Masing-masing suporter bersorak menyemangati teamnya. Garis finish sudah tampak, perlahan tapi pasti, donghae mulai mempercepat lajunya. Mengagetkan semua pengendara yang didepannya. Tak ada yang menyangka dia bisa melajukan kecepatannya diatas rata-rata, dan tak ada yang menduga kalau donghae-lah sang pengendara motor itu. Yesung tersenyum melihat donghae mulai menyusul lewat spionnya, sudah saatnya. Dia memang baru pertama ini ikut balapan liar, tapi dia juga tak bisa diremehkan. Perlahan Yesung menambah kecepatannya, membuat dua orang yang menjaganya kelabakan dan ikut menambah kecepatannya juga. Dua orang itu punya tugas penting. Motor merah yang tengah melaju paling depan bersama Jaejoong harus bisa menang. Itu sebabnya dua orang itu bertugas menghalangi siapapun yang akan mengganggu duel sang ketua. Intinya hanya satu, sebenarnya ini hanya persaingan dua orang saja. Jaejoong, ketua Bikers dan Junghan, ketua Evils. Team lain, mereka hanya pelengkap saja. Yesung makin kencang melajukan motornya, membuat dua pengendara yang membuntutinya panik.

‘sial..., tak ada pilihan lain’ dua orang pengendara itu harus melakukan kekerasan. Bahkan harus rela mengorbankan diri demi kemenangan sang ketua. Mereka nekat melajukan kendaraannya diatas normal, dan ‘sret’ menekan yesung secara bersamaan. Motor mereka sedikit goyang, dan memang ini yang diharapkan Yesung. Kalau mereka menjatuhkan diri demi menghalangi Yesung, tentu saja donghae akan dengan mudah melajukan motornya. Donghae memiliki skill kecepatan yang selama ini belum ada yang mengalahkan. Hanya saja, harus ada yang melindunginya. ‘ciiiiiit..., krsk’ suara decit rem memekakkan telinga, Yesung mengurangi kecepatannya secara ekstrem, membuat dua orang yang membuntutinya terperanjat dan tak bisa menghindarinya.

‘ciiiit..., krosak....’ dua pengendara itu tampak kewalahan mengurangi kecepatannya agar tak menabrak yesung yang mendadak mengurangi kecepatannya.

“boom...!!!” dentuman itu tak bisa dihindari. Dua pengendara dibelakang yesung menyenggol Yesung sedikit, tapi tabrakan bisa dihindari. Dua pengendara menabrak pembatas jalan, bisa dipastikan mereka takkan bisa berulah lagi, sementara yesung sedikit hilang keseimbangan karena sedikit sentuhan keras dari dua pengendara motor itu.

“krsssk....” Yesung terjatuh juga, tapi tidak begitu parah. Dia telah mengurangi kecepatan sebelumnya, jadi tidak begitu keras. Dari belakangnya Donghae melajukan motornya cepat. Dia tersenyum ‘great job Yesung...’ Donghae tak ingin menyia-nyiakan usaha Yesung.

Hanya tinggal satu langkah lagi, didepan hanya harus melewati Jaejoong dan Junghan. Jaejoong tahu sudah waktunya menghentikan Junghan. Dia yakin, Junghan takkan pernah menyangka kalau Donghae-lah juara sebenarnya. Junghan tak kan sampai berpikir kalau Jaejoong hanya sebagai pengalih perhatian saja, siapa yang akan menyangka. Karena sejak Donghae pensiun, Jaejoong-lah yang selalu jadi kunci utama permainan ini. Ya, ini hanya sebuah permainan buat mereka. Permainan yang menyenangkan dan membangkitkan adrenalin mereka. Jaejooong melakukan hal yang sama dengan yang Yesung lakukan. Dia melajukan motornya cepat, membuat Junghan yang didepannya terlewati. Melihat hal itu, Junghan menambah kecepatannya, berusaha menyusul Jaejoong. Jaejoong sengaja memblokir jalan agar Junghan tetap dibelakangnya. Lewat spion, jaejoong bisa melihat donghae yang tengah melaju kencang. Jaejoong tersenyum licik. ‘bagus Donghae...’ jaejoong menebak, Junghan takkan memperhatikan donghae, karena fokusnya pasti Jaejoong. Jaejoong sedikit menyingkir ke tepi, junghan sedikit kaget.

‘rencana apa yang dia jalankan,? Kenapa tidak memblokir jalanku’ Junghan tampak waspada dengan segala kemungkinan. Junghan menambah kecepatannya, ini kesempatannya. Dia akan dengan mudah melewati jaejoong karena Jaejoong menyingkir ke tepi dan sedikit mengurangi kecepatannya. Tapi...,

“wuuuussssh.........” diluar dugaan, sebelum Junghan sempat melewati Jaejoong, seorang pengendara motor melaju kencang. Melewati Junghan dan Jaejoong. Junghan panik.

‘sial...!!! aku tertipu’ Junghan menyadari ketidakwaspadaannya. Dia buru-buru menambah kecepatannya agar bisa mengejar Donghae. Tapi terlambat, Jaejoong kembali memblokir jalannya dan decit rem Junghan terdengar, Junghan menghindari Jaejoong yang tiba-tiba didepannya. Membanting kemudinya mendadak. Dentuman motornya yang slip tak bisa dielak lagi. Jaejoong tersenyum puas..., junghan jelas sudah kalah. Donghae telah sampai difinish disambut sorak-sorai orang-orang yang bertaruh untuk dirinya, diposisi kedua Jaejoong menyusul. Jelas ini kemenangan untuk Bikers. Donghae membuka helmnya, diikuti Jaejoong. Mereka saling menatap dan tersenyum. Melakukan salam kemenangan.

“kerja bagus Donghae” Jaejoong tampak sangat puas.

“karena kalian” donghae menimpali. “sepertinya kita harus melihat Yesung” jaejoong mengangguk. Mereka menuju tempat Yesung jatuh. Yesung sudah dipinggir area, dia tak apa-apa hanya sedikit lecet. Ini biasa untuk laki-laki.

“great Yesung....!!!” Jaejoong memberikan pelukan. Diikuti Donghae. Yesung tersenyum. ‘ini untukmu Hye in’ gumamnya dalam hati.
------------

Hye in masih menunggu didepan pintu. Sudah satu jam, tapi belum ada kabar dari dokter yang menangani Siwon. Hye in mondar-mandir tak tenang.

“cklek” pintu terbuka, tampak dokter tengah melepas sarung tangannya.
“dia baik-baik saja,?” hye in cekatan mendekati dokter. Dokter menatap Hye in lekat, membuat Hye in sangat cemas.
----------

Jaejoong, Yesung, dan Donghae segera ke rumah sakit. Mereka ingin memberikan kabar baik ini, tentu saja mereka juga ingin mendapat kabar baik juga dari Siwon. Sebelumnya, mereka ke tempat Chika dirawat. Memberikan kabar baik ini pada Chika dan Ji Neul. Sekaligus mengobati luka Yesung. Kim chika dan Ji Neul tampak sangat lega melihat mereka baik-baik saja.

“it’s for u jagiii....” Jaejoong menggenggam erat tangan chika yang masih terbaring. Besok pagi, chika baru boleh pulang.

“thanks yeobo. Aku tahu kau bisa melakukannya” Chika senang melihat jaaejoong tak terluka.

Donghae berdiri dibelakang Jaejoong yang tengah duduk disamping tempat tidur chika. Dia menggandeng tangan Ji Neul.

“ini berkat Yesung. Tak ku sangka kau sangat hebat” Donghae meninju lengan Yesung pelan.

“aww..., sakit tahu...!!!” Yesung protes saat Donghae mengenai lukanya.

Setelah beberapa saat menjenguk Chika, Yesung, Donghae, dan Ji Neul bergegas ke tempat Siwon dirawat. Jaejoong sebenarnya ingin ikut, tapi dia harus menjaga chika. Mereka berjanji akan mengabari jaejoong dan chika tentang keadaan siwon.
***

Hye in tampak termenung disalah satu kursi tunggu. Menunduk dalam. Yesung, donghae, dan Ji Neul yang melihatnya sedikit khawatir.

“Hye in...,” ji neul membuat hye in mendongak. Menatap Ji neul, lalu melihat yesung dan donghae.

“sret...” hye in memeluk ji neul erat. “he’s fine....” ucapnya senang. Donghae dan Yesung tersenyum lega.

“serius...?” Ji neul melepas pelukan hye in dan menatapnya lembut. Hye in mengangguk.

“dokter bilang, masa kritisnya lewat...,” hye in tampak berbinar. Ji Neul histeris bahagia dan memeluk Hye in lagi.

“lalu... kapan dia bisa pulang,?” ji neul ingin mendengar kabar lebih baik lagi. Hye in sedikit berubah...,

“entah..., dia harus dirawat beberapa lama disini. dia harus menjalani terapi” hye in tampak sedikit kehilangan kebahagiaan. Yesung mendekatinya.

“bodoh...!!! jangan bersedih begitu, setidaknya dia sudah membaik. Dia pasti sembuh” Yesung mengacak-acak rambut Hye In.

“Yesung...!!! jangan mengatai aku bodoh” Hye in protes sambil merapikan rambutnya yang diacak-acak Yesung.

“memangnya kau pintar,?” Yesung membantah

“kau ini... dasar kepala besar” Hye in melupakan kesedihannya dan balas mengacak-acak rambut Yesung.

“hei..., kau membuat rambut kerenku berantakan” Yesung mencoba menghindar, tapi Hye in masih nekat mengacak-acak rambut Yesung.

Donghae merengkuh bahu Ji Neul dan tersenyum menatapnya. “mereka memang aneh” ujarnya.
------

.....Part 2